Kenapa Produk Bagus TIdak Selalu Berhasil?

Dalam lanskap pemasaran yang terus berkembang, keyakinan umum mengenai “A good product is the best advertising“ telah ditantang oleh berbagai fakta yang kompleks. Bahkan, produk-produk unggulan seringkali mengalami kesulitan untuk diterima secara luas. Studi kasus ini menggali dinamika di balik mengapa produk yang bagus tidak selalu berhasil di pasar serta mengeksplorasi strategi komprehensif untuk mengatasi tantangan ini.

Kesalahpahaman tentang Kesuksesan “Product-Centric”

Selama ini, terdapat kesalahpahaman mengenai kesuksesan suatu bisnis yang dianggap hanya bergantung pada kualitas produk. Hal tersebut telah terbantahkan karena meskipun terdapat upaya untuk menciptakan produk-produk unggulan, berbagai perusahaan menyadari bahwa keunggulan saja tidak menjamin daya tarik pasar, mengingat adanya kebutuhan untuk beralih dari pendekatan yang berpusat pada produk.

Perbedaan Periklanan: Attraction vs. Sales Impact

Asumsi bahwa iklan yang menarik secara visual akan otomatis menghasilkan peningkatan penjualan tidaklah benar. Pentingnya mengukur efektivitas periklanan tidak hanya berdasarkan daya tariknya secara visual, namun juga dampak nyata dalam mendorong penjualan. Maka dari itu, perusahaan perlu melakukan peralihan ke arah periklanan yang berfokus pada mengubah minat pelanggan menjadi penjualan yang aktual.

Bias-Bias yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Bias-bias yang melekat dalam perilaku manusia seringkali menghambat keberhasilan sebuah produk yang sebenarnya memiliki kualitas baik. Konsumen cenderung tetap menggunakan produk yang sudah dikenal, bahkan ketika dihadapkan pada alternatif yang berpotensi lebih unggul, sehingga menimbulkan penolakan terhadap perubahan.

Mengatasi Tantangan

Pendekatan yang komprehensif dapat dilakukan untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh produk-produk unggulan tersebut, diantaranya:

• Meningkatkan Bukti Sosial. Untuk mengatasi kesalahpahaman yang timbul seputar kualitas produk dan daya tarik iklan, perusahaan didorong untuk mampu memanfaatkan bukti-bukti sosial yang ada, seperti menampilkan popularitas produk yang meningkatkan persepsi kesenangan dan mengurangi ketidakpastian. Selain itu, dengan teknik memanfaatkan budaya feared of missing out (FOMO), perusahaan dapat menciptakan rasa urgensi dan keinginan membeli di kalangan konsumen.
• Membangun Konten yang Relevan. Dengan menekankan pentingnya menampilkan keunggulan produk dalam konteks yang relevan dengan target pasar, para pelaku bisnis disarankan untuk menghindari iklan yang tidak relevan, meskipun iklan tersebut mampu menarik perhatian. Menjalin hubungan dengan konsumen, dengan memenuhi kebutuhan dan wawasan unik mereka menjadi hal yang terpenting.
• Menguatkan Customer Experience. Dengan memahami kecenderungan manusia yang lebih bias terhadap hal-hal tertentu, pelaku bisnis disarankan untuk mengoptimalkan customer experience, dengan menyederhanakan proses untuk memperoleh dan menggunakan produk, serta memudahkan konsumen untuk menerima penawaran baru.

Melihat semakin rumitnya tantangan yang dihadapi oleh produk-produk unggulan di pasar, kesalahpahaman tentang kesuksesan yang berpusat pada produk perlu diatasi secara taktis, efektivitas periklanan perlu didefinisikan kembali, dan bias-bias yang melekat perlu diakui keberadaannya, karena bias-bias tersebut sejatinya telah menjadi sifat dasar manusia.  Pelaku bisnis diharapkan dapat dengan mahir mengatasi kompleksitas yang ada di pasar, sehingga mampu mengusulkan solusi yang dapat mencakup bukti sosial, konteks yang relevan, dan peningkatan pengalaman pelanggan. Diharapkan ke depannya solusi tersebut dapat berfungsi sebagai panduan praktis untuk mengubah produk yang luar biasa menjadi produk unggulan di pasar.