Nona Yulianti
27 Februari 2024

Tren Digital Marketing: From Gen Y to Z

Perubahan dari Gen Y ke Gen Z mempengaruhi strategi pemasaran, karena keduanya memiliki karakteristik yang berbeda. Pelajari perbedaan preferensi media dan pembelian antara kedua segmen ini serta bagaimana brand dapat menyesuaikan strategi pemasaran mereka untuk menjangkau Gen Y dan Gen Z secara efektif.

Tren Digital Marketing: From Gen Y to Z

Peralihan definisi anak muda dari Gen Y atau milenial, menjadi Gen Z atau sentenial seringkali belum disadari oleh masyarakat bahkan pemasar. Bahkan mungkin, kita sendiri masih menganggap definisi anak muda saat ini adalah milenial. Banyak orang mengira bahwa milenial ini adalah segmen remaja. Padahal usia Gen Y atau milenial saat ini sudah berkisar antara 27-40 tahun.

Tentunya Gen Y masih tergolong muda, tetapi tidaklah sangat muda. Kalau kita berbicara  tentang segmen anak muda atau remaja, maka sebetulnya kita berbicara tentang segmen Gen Z atau disebut juga sebagai sentenial. Dan ternyata, segmen ini sangatlah berbeda.

Gen Y & Z dalam Pemasaran

Dalam menentukan strategi pemasaran, banyak perusahaan cenderung salah mengambil langkah. Perusahaan merancang strategi untuk menjangkau market anak muda, namun berfokus pada pendekatan karakteristik milenial. Padahal, target market dari perusahaan tersebut sejatinya diperuntukkan bagi Gen Z.

Dua kelompok anak muda ini tidak bisa disamaratakan. Definisi anak muda dari kategori Gen Y dan Gen Z memiliki karakteristik yang sangat berbeda. Maka, seringkali karena kurangnya pemahaman strategi marketing tersebut mengakibatkan kegagalan.

Studi Kasus: Preferensi Media Segmen Gen Y & Z

Gen Y adalah segmen yang sangat “jaim”. Mereka selalu ingin menunjukkan “the best version of themselves”. Mereka menyebutnya “the best version of me”. Sehingga, segmen ini menumbuhkan satu media sosial yang sangat terkenal, yaitu Instagram. Karena di Instagram, kita bisa menunjukkan “the best version of ourselves”, dan ini adalah hal yang dibutuhkan oleh Gen Y.

Sementara, apabila kita lihat karakteristik Gen Z, mereka adalah segmen yang sangat otentik. Gen Z ingin menunjukkan diri mereka sendiri apa adanya, karena itu segmen ini lebih relate dengan media sosial seperti TikTok yang cenderung lebih raw atau lebih alami dalam menampilkan diri mereka sendiri.

Studi Kasus: Preferensi Pembelian Segmen Gen Y & Z

Gen Y juga dikenal sangat emosional dalam perilaku pembeliannya. Mereka seringkali melihat emotional benefit dari sebuah produk ketimbang functional benefit-nya. Sedangkan hal sebaliknyalah yang terjadi di Gen Z, dimana Gen Z lebih fokus pada utilitas atau manfaat dari produk secara fungsional ketimbang manfaat emosionalnya. Kita melihat juga bahwa Gen Y memandang kesuksesan dari status sosial ekonomi mereka, yang terus-menerus meningkat. Ini konsisten dengan perilaku atau pola pikir mereka untuk selalu menunjukkan “the best version of themselves”. Sedangkan Gen Z yang lebih otentik selalu menyatakan bahwa kesuksesan itu sama dengan kebahagiaan saya secara pribadi, dan kebahagiaan saya adalah kalau saya bisa terus berkumpul dengan teman dan keluarga.

Kesimpulan

Pola pikir antara dua segmen Gen Y dan Z ini sangatlah berbeda. Sehingga, brand dan perusahaan harus  berhati-hati ketika menentukan target di masing-masing segmennya. Selain itu, brand dan perusahaan harus dapat mendesain campaign yang spesifik dan berbeda untuk dapat menjangkau segmen yang dipilih.

BRANDING & MARKETING COMMUNICATION
Consumer Research
Related Content .

Brand Building vs Performance Marketing: Lebih Penting Mana?

Membangun brand kuat adalah impian semua marketer, Namun saat ini banyak lebih f...

Read now

Dua Langkah Esensial Penyusunan Marketing Plan

Analisis komprehensif diperlukan untuk menyusun marketing plan. Salah satu kunci...

Read now

Personalisasi Penawaran dengan AI: Meningkatkan Kepuasan Pelanggan

Personalisasi penawaran dengan AI meningkatkan kepuasan pelanggan dan pengalaman...

Read now
 

Ready to level up with MarkPlus, Inc

Start the conversation